Sabtu, 04 November 2017
Minggu, 29 Oktober 2017
Pejuang Pembela Tanah Air
السلام عليكم ورحمت الله وبركاته
Salam sejahtera bagi kita semua, ...
Saudaraku ...
Hanya dimulai dengan Rp.1000,- kita bisa melawan kapitalisme. Komunitas menabung di "Warung Sewu" sudah membuktikan, pelan namun pasti ... !!!
semoga tetap Amanah sehingga bisa mensejahterakan seluruh warga masyarakat Sekar khususnya dan Indonesia Raya pada umumnya.
Tetap Semagat, wahai Para Pemuda Sukarelawan Pejuang Pembela Tanah Air Indonesia, sesungguhnya di tangan kalianlah masa depan bangsa ini ... Kami akan selalu ada di belakang kalian, ditengah tengah kalian, banhkan di depan untuk mempelopori ... !!!
Jangan pernah takut untuk membela kebenaran, jangan pernah ragu melangkah demi kemakmuran bersama, Allah SWT selalu bersama orang-orang yang berjuang, senantiasa libatkan Tuhan ( Allah SWT ) dalam segala perjuangan kita. Senantiasa tingkatkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWT dimanapun berada, karena hanya dengan Petunjuk dan BimbinganNya lah perjuangan kita dapat terhindar dari segala rintangan yang menghadang. Perbanyak Istighfar, karena dengan Istighfar akan melancarkan rizqi kita. Kita adalah bangsa besar dan kaya. Namun apalah artinya jika tidak dimanfaatkan demi kemakmuran rakyatnya. Bersatulah agar kita Jaya, libatkan rakyat sebagai pemilik saham atas pengelolaan kekayaan alam kita, agar bisa menjadi tuan di tanah air kita, ... tidak selamanya menjadi budak di negeri sendiri ... Merdeka ... !!!
امين برك الله فيق
برك الله فيق
ANDAI AJAL DALAM TIDUR
*EMPAT PERKARA SEBELUM TIDUR WALAU SESIBUK MANAPUN DENGAN TUGAS HARIAN.*
Rasulullah berpesan kepada siti Aisyah ra.
“ Ya, Aisyah! Jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara yaitu:
1. Sebelum khatam al-Quran.
2. Sebelum menjadikan para nabi bersyafaat untukmu di hari kiamat.
3. Sebelum para muslimin meredhai engkau.
4. Sebelum engkau melaksanakan haji dan umrah".
Bertanya Siti Aisyah:
“Ya Rasulullah ! bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika? “
Rasulullah tersenyum dan bersabda:
1. “Jika engkau akan tidur,bacalah surah al –Ikhlas tiga kali
Seakan-akan engkau telah meng-khatamkan Al-Quran
” Bismillaahirrahmaa nirrahiim,
‘Qul huallaahu ahad’ Allaah hussamad’
lam yalid walam yuulad’
walam yakul lahuu kufuwan ahad’ ( 3x ) “
2. "Bacalah shalawat untukku dan untuk para nabi sebelum aku" maka kami semua akan memberimu syafaat di hari kiamat
“ Bismillaahirrahmaa nirrrahiim, Allaahumma shallii ‘alaa saiyyidina Muhammad wa’alaa aalii saiyyidina Muhammad ( 3x ) “
3. “Beristighfarlah” untuk para mukminin maka mereka akan meredhai engkau
“ Astaghfirullaah hal 'adziim al lazhii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilaih ( 3x )
4. Dan perbanyaklah “bertasbih, bertahmid , bertahlil dan bertakbir” maka seakan-akan engkau telah melaksanakan ibadah haji dan umrah
“ Bismillaahirrahmaa nirrrahiim
Subhanallaah Walhamdulillaah Walaa ilaaha illallaah hu wallah hu akbar "
( 3x )
Sampaikanlah kepada orang lain,
maka ini akan menjadi sedekah jariah pada setiap orang yang anda kirimkan pesan ini, dan apabila kemudian dia mengamalkannya, maka kamu juga akan ikut mendapat ganjaran pahalanya insha Allah...
Aamiin ya Allah..
Ya Allah, ampunilah dosaku, dosa ibu bapa ku, keluarga ku,saudaraku dan setiap orang yang meng-klik Suka, share & berkomentar "aamiin" dan jangan Engkau cabut nyawa kami saat tubuh kami tak pantas berada di SurgaMu. Aamiin...
.
Sobat sekarang anda memiliki dua pilihan ,
1. Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya dibaca disini
2. Membagikan pengetahuan ini kesemua teman facebookmu , insyallah bermanfaat dan akan menjadi pahala bagimu. Aamiin..
Boleh di SHARE sebanyak mungkin!!
Sabtu, 28 Oktober 2017
Man jadda wa jada ... !!!
*Katak dan Gajah*
..., ada seorang pemuda yang hampir putus asa dan menyerah dalam mencari jalan keluar untuk masalah-masalah yang dihadapinya.
Pemuda tersebut telah berkali-kali mencoba berbagai cara agar usaha yang dia tekuni bisa mencapai tingkat kejayaan. Tetapi usahanya gagal.
Dalam keadaan putus asa saat itulah pemuda tersebut berusaha menenangkan pikirannya agar dapat berpikir lebih jernih dalam mencari jalan keluarnya.
Maka pemuda tersebut pergi ke suatu desa yang tenang dan duduk di pinggiran anak sungai.
Sambil merenung, pemuda tersebut berkata dalam hatinya: _"Apakah ini yang selalu dikatakan oleh orang-orang yaitu takdir?_
_Apakah saya ditakdirkan untuk selalu gagal?_
_Apakah aku ditakdirkan untuk menjadi orang yang tidak bisa berhasil?"_
Lalu pemuda tersebut berdoa dalam hatinya:
_"Ya Allah, hamba memohon berikanlah hamba petunjuk dan jalan keluar agar usaha hamba bisa bangkit dan sukses."_
Setelah berdoa, pemuda tersebut memandang sekelilingnya, dan dia melihat seekor katak yang hendak menyeberangi anak sungai.
Katak tersebut melompat-lompat di atas batu. Dari batu pertama melompat ke batu yang kedua, terus melompat lagi ke batu yang ketiga, dan seterusnya, sampailah di batu yang terakhir untuk naik ke seberang anak sungai.
Tetapi apa yang terjadi?
Katak tersebut jatuh pada lompatan batu terakhir, karena batu yang terakhir ternyata sangat licin.
Katak tersebut tidak putus asa, dan terus menerus mencobanya.
Timbul dalam benak pemuda tersebut untuk menghitung berapa kali cobaan melompat agar katak tersebut bisa berhasil.
Pertama lompat gagal, kedua gagal, ketiga gagal, keempat gagal, kelima gagal juga.
Katak tersebut berhenti seolah-olah sedang berpikir. Lalu mencobanya lagi, keenam gagal, ketujuh gagal, kedelapan gagal, kesembilan gagal juga.
Dan katak tersebut berhenti lagi, kali ini katak tersebut berhenti agak lama seolah-olah sedang menyusun strategi dan rencana untuk mencobanya lagi.
Setelah itu katak tersebut mencoba lagi, kesepuluh gagal, kesebelas gagal, dan yang keduabelas katak tersebut melompat dengan sekuat-kuatnya, dan sampai di atas batu terakhir yang sangat licin.
Katak tersebut terpeleset lagi tetapi tidak putus asa dan terus menerus menendang-nendang kakinya di atas batu yang licin dan akhirnya berhasil lompat keluar dari batu yang licin tersebut.
Pemuda tersebut berkata dalam hatinya: _"Katak tersebut telah mencoba dua belas kali lompatan baru bisa berhasil menyeberangi anak sungai ini, sedangkan aku baru mencoba 5 kali cara saja sudah putus asa. Baiklah saya akan mencobanya lagi"._
Lalu pemuda tersebut berjalan kaki hendak pulang ke rumahnya.
Di tengah perjalanan, dia melihat seorang kakek dan seekor gajah besar peliharaan kakek tersebut.
Gajah besar itu hanya dirantai kakinya dengan menggunakan rantai yang kecil.
Kemudian pemuda tersebut bertanya kepada kakek penjaganya:
_"Kakek, kok gajahnya hanya dirantai dengan memakai rantai yang kecil.?_
_Kalau gajah tersebut berjalan dan menarik rantainya, maka tentu rantai itu akan putus._
_Mengapa kakek tidak memakai rantai yang lebih besar?"_
Kakek tersebut menjawab: _"Anakku, gajah ini saya pelihara sejak masih kecil._
_Waktu itu, dia telah berusaha untuk menarik rantainya, tetapi rantainya tidak putus karena dia masih kecil dan belum cukup kuat._
_Setelah berkali-kali mencoba dan tidak berhasil memutuskan rantainya, maka gajah tersebut berhenti untuk mencobanya lagi, walaupun sekarang sudah dewasa dan sebenarnya cukup kuat untuk memutuskan rantainya._
_Ketahuilah anakku, gajah besar ini tidak akan mencobanya lagi karena dia akan selalu menganggap tidak akan berhasil."_
Maka pemuda tersebut melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Ia mendapat pelajaran bahwa: lebih baik menjadi seekor katak kecil yang selalu mencoba terus sampai berhasil, daripada menjadi seekor gajah besar yang selalu berpikir tidak akan berhasil.
*******
Saudaraku...
Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani, sekalipun itu hanya untuk satu hari.
Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan,
hari-hari yang buruk memberi pengalaman.
Kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.
Kadang kala kita sering gagal dalam melakukan sesuatu.
Ingatlah, _*"no one is perfect"*_
Jadi janganlah menyerah dan putus asa, karena kegagalan yang kita alami ibarat kita sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat agar suatu hari dapat tumbuh pohon yang tinggi dan besar.
Lebih baik menjadi seekor katak kecil yang selalu mencoba terus sampai berhasil,
daripada menjadi seekor gajah besar yang selalu berpikir tidak akan berhasil dan tidak mau mencoba lagi.
Sebenarnya tidak ada orang yang gagal atau tidak berhasil.
Yang ada sebenarnya adalah, orang yang menyerah dan berhenti di tengah perjalanan untuk mencapai suksesnya...
Selamat meraih sukses, saudara-riku tercinta.
..., ada seorang pemuda yang hampir putus asa dan menyerah dalam mencari jalan keluar untuk masalah-masalah yang dihadapinya.
Pemuda tersebut telah berkali-kali mencoba berbagai cara agar usaha yang dia tekuni bisa mencapai tingkat kejayaan. Tetapi usahanya gagal.
Dalam keadaan putus asa saat itulah pemuda tersebut berusaha menenangkan pikirannya agar dapat berpikir lebih jernih dalam mencari jalan keluarnya.
Maka pemuda tersebut pergi ke suatu desa yang tenang dan duduk di pinggiran anak sungai.
Sambil merenung, pemuda tersebut berkata dalam hatinya: _"Apakah ini yang selalu dikatakan oleh orang-orang yaitu takdir?_
_Apakah saya ditakdirkan untuk selalu gagal?_
_Apakah aku ditakdirkan untuk menjadi orang yang tidak bisa berhasil?"_
Lalu pemuda tersebut berdoa dalam hatinya:
_"Ya Allah, hamba memohon berikanlah hamba petunjuk dan jalan keluar agar usaha hamba bisa bangkit dan sukses."_
Setelah berdoa, pemuda tersebut memandang sekelilingnya, dan dia melihat seekor katak yang hendak menyeberangi anak sungai.
Katak tersebut melompat-lompat di atas batu. Dari batu pertama melompat ke batu yang kedua, terus melompat lagi ke batu yang ketiga, dan seterusnya, sampailah di batu yang terakhir untuk naik ke seberang anak sungai.
Tetapi apa yang terjadi?
Katak tersebut jatuh pada lompatan batu terakhir, karena batu yang terakhir ternyata sangat licin.
Katak tersebut tidak putus asa, dan terus menerus mencobanya.
Timbul dalam benak pemuda tersebut untuk menghitung berapa kali cobaan melompat agar katak tersebut bisa berhasil.
Pertama lompat gagal, kedua gagal, ketiga gagal, keempat gagal, kelima gagal juga.
Katak tersebut berhenti seolah-olah sedang berpikir. Lalu mencobanya lagi, keenam gagal, ketujuh gagal, kedelapan gagal, kesembilan gagal juga.
Dan katak tersebut berhenti lagi, kali ini katak tersebut berhenti agak lama seolah-olah sedang menyusun strategi dan rencana untuk mencobanya lagi.
Setelah itu katak tersebut mencoba lagi, kesepuluh gagal, kesebelas gagal, dan yang keduabelas katak tersebut melompat dengan sekuat-kuatnya, dan sampai di atas batu terakhir yang sangat licin.
Katak tersebut terpeleset lagi tetapi tidak putus asa dan terus menerus menendang-nendang kakinya di atas batu yang licin dan akhirnya berhasil lompat keluar dari batu yang licin tersebut.
Pemuda tersebut berkata dalam hatinya: _"Katak tersebut telah mencoba dua belas kali lompatan baru bisa berhasil menyeberangi anak sungai ini, sedangkan aku baru mencoba 5 kali cara saja sudah putus asa. Baiklah saya akan mencobanya lagi"._
Lalu pemuda tersebut berjalan kaki hendak pulang ke rumahnya.
Di tengah perjalanan, dia melihat seorang kakek dan seekor gajah besar peliharaan kakek tersebut.
Gajah besar itu hanya dirantai kakinya dengan menggunakan rantai yang kecil.
Kemudian pemuda tersebut bertanya kepada kakek penjaganya:
_"Kakek, kok gajahnya hanya dirantai dengan memakai rantai yang kecil.?_
_Kalau gajah tersebut berjalan dan menarik rantainya, maka tentu rantai itu akan putus._
_Mengapa kakek tidak memakai rantai yang lebih besar?"_
Kakek tersebut menjawab: _"Anakku, gajah ini saya pelihara sejak masih kecil._
_Waktu itu, dia telah berusaha untuk menarik rantainya, tetapi rantainya tidak putus karena dia masih kecil dan belum cukup kuat._
_Setelah berkali-kali mencoba dan tidak berhasil memutuskan rantainya, maka gajah tersebut berhenti untuk mencobanya lagi, walaupun sekarang sudah dewasa dan sebenarnya cukup kuat untuk memutuskan rantainya._
_Ketahuilah anakku, gajah besar ini tidak akan mencobanya lagi karena dia akan selalu menganggap tidak akan berhasil."_
Maka pemuda tersebut melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Ia mendapat pelajaran bahwa: lebih baik menjadi seekor katak kecil yang selalu mencoba terus sampai berhasil, daripada menjadi seekor gajah besar yang selalu berpikir tidak akan berhasil.
*******
Saudaraku...
Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani, sekalipun itu hanya untuk satu hari.
Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan,
hari-hari yang buruk memberi pengalaman.
Kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.
Kadang kala kita sering gagal dalam melakukan sesuatu.
Ingatlah, _*"no one is perfect"*_
Jadi janganlah menyerah dan putus asa, karena kegagalan yang kita alami ibarat kita sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat agar suatu hari dapat tumbuh pohon yang tinggi dan besar.
Lebih baik menjadi seekor katak kecil yang selalu mencoba terus sampai berhasil,
daripada menjadi seekor gajah besar yang selalu berpikir tidak akan berhasil dan tidak mau mencoba lagi.
Sebenarnya tidak ada orang yang gagal atau tidak berhasil.
Yang ada sebenarnya adalah, orang yang menyerah dan berhenti di tengah perjalanan untuk mencapai suksesnya...
Selamat meraih sukses, saudara-riku tercinta.
Manis dan pahit adalah bumbu ... Penyedap RASA KEHIDUPAN
*SYAIR IMAM SYAFI'I YANG MENGGETARKAN HATI*
Kehidupan dunia ini hakikatnya merupakan perjalanan untuk mengumpul bekal. Setiap manusia menjalani hidupnya mulai dari siang hingga malam, ia melakukan amalan-amalan, dengannya ia melakukan jual beli dengan Rabbnya. Hasil dari jual beli itu kemudian menjadi bekal di akhirat nanti. Seorang yang cerdas tidak akan mau mengumpulkan kayu bakar sebagai bekal dirinya, lalu kemudian kayu bakar itu justru untuk membakar dirinya. Allah azza wajalla mengingatkan dan berwasiat dan di dalam al-Qur’an agar setiap manusia mengumpulkan bekal yang baik, Allah berfirman: وتزودوا فإن خير الزاد التقوى “Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197) Dahulu imam syafi’i rahimahullah pernah bersyair: تزود من التقوى فانك لا تدري….اذا جن ليل هل تعيش الى الفجرِ Berbekallah dengan takwa sesungguhnya engkau tak mengetahui Jika malam telah gelap, apakah engkau kan tetap hidup hingga waktu fajar فكم من فتى امسى واصبح ضاحكا … وقد نسجت اكفانه وهو لا يدري Betapa banyak pemuda di sore dan siang hari ia tertawa Sementara kain kafannya telah ditenun sedang ia tidak menyadarinya وكم من صغار يرتجى طول عمرهم…وقد ادخلت اجسادهم ظلمة القبرِ Betapa banyak anak-anak bayi yang diharapkan memiliki umur yang panjang Ternyata jasad-jasad mereka telah dimasukkan dalam gelapnya kubur وكم صحيح مات دون علة … وكم من سقيم عاش حينا من الدهرِ Betapa banyak orang-orang yang sehat, ia mati tanpa sebab Betapa banyak orang-orang yang sakit dapat hidup hingga waktu yang panjang وكم من عروس زينوها لزوجها …. وقد قبضت ارواحهم ليلة القدر Betapa banyak pengantin yang telah dirias tuk pasangan hidupnya Sementara arwah-arwah mereka telah ditetapkan kematiannya pada malam lailatul Qadar النفس تبكي على الدنيا ….وقد علمت ان السلامة فيها ترك مافيها . Jiwa menangisi dunia Sementara ia mengetahui bahwa tuk selamat darinya adalah meninggalkan apa yang ada di dalamnya. Ooh, dunia betapa ia amat melalaikan. Saudaraku… Mari merenung sejenak, kita beriman walau sesaat saja. Muhibbukum fillah. Oleh Ustadz Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy
Berdiri di atas kaki sendiri lebih terhormat dari pada menjadi budak di negeri sendiri
BERDIKARI bersama KOMUNITAS Sukarelawan Pejuang Pembela Tanah Air 1 Komando :
1. Ciptakan BANK Sendiri
2. Kelola KEUANGAN sendiri
3. Ciptakan PRODUK sendiri
4. Ciptakan PASAR sendiri
5. Kelola SDA sendiri
6. Rakyat Makmur dan Sejahtera
7. Rakyat membangun negeri
Catatan :
1. Lawan kita bukan pemerintahan yang sah, tapi kapitalis rakus yang merampok kekayaan alam bangsa kita yaitu ( Bangsa Asing dan Anthek-antheknya )
2. Jangan mau diadudomba sesama anak bangsa karena itu adalah keinginan LAWAN kita
Ttd
Pangbes PETA
1. Ciptakan BANK Sendiri
2. Kelola KEUANGAN sendiri
3. Ciptakan PRODUK sendiri
4. Ciptakan PASAR sendiri
5. Kelola SDA sendiri
6. Rakyat Makmur dan Sejahtera
7. Rakyat membangun negeri
Catatan :
1. Lawan kita bukan pemerintahan yang sah, tapi kapitalis rakus yang merampok kekayaan alam bangsa kita yaitu ( Bangsa Asing dan Anthek-antheknya )
2. Jangan mau diadudomba sesama anak bangsa karena itu adalah keinginan LAWAN kita
Ttd
Pangbes PETA
MEMAHAMI BAGAIMANA SISTEM KAPITALISME BEKERJA
MEMAHAMI BAGAIMANA SISTEM KAPITALISME BEKERJA...
Tulisan dari Dwi Condro Triono, Ph.D.
(Insya Allah sungguh dapat menambah ilmu dan wawasan kita)
Sistem Ekonomi Kapitalisme telah mengajarkan bahwa pertumbuhan Ekonomi hanya akan terwujud, jika semua pelaku Ekonomi terfokus pada akumulasi Kapital (modal).
Mereka lalu menciptakan sebuah mesin “penyedot uang” yang dikenal dengan lembaga Perbankan.
Oleh lembaga ini, sisa-sisa uang di sektor rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan “disedot”.
Lalu siapakah yang akan memanfaatkan uang di Bank tersebut?
Tentu mereka yang mampu memenuhi ketentuan pinjaman (kredit) dari Bank, yaitu:
Fix return dan Agunan.
Konsekuensinya, hanya pengusaha besar dan sehat sajalah yang akan mampu memenuhi ketentuan ini.
Siapakah mereka itu?
Mereka itu tidak lain adalah kaum Kapitalis, yang sudah mempunyai perusahaan yang besar, untuk menjadi lebih besar lagi.
Nah, apakah adanya lembaga Perbankan ini sudah cukup?
Bagi kaum Kapitalis tentu tidak ada kata cukup. Mereka ingin terus membesar.
Dengan cara apa?
Yaitu dengan Pasar Modal. Dengan pasar ini, para pengusaha cukup mencetak kertas-kertas Saham untuk dijual kepada masyarakat, dengan iming-iming akan diberi Deviden.
Siapakah yang memanfaatkan keberadaan Pasar Modal ini?
Dengan persyaratan untuk menjadi Emiten dan penilaian Investor yang sangat ketat, lagi-lagi hanya perusahaan besar dan sehat saja, yang akan dapat menjual sahamnya di pasar modal ini.
Siapa mereka itu?
Kaum Kapitalis juga, yang sudah mempunyai perusahaan besar, untuk menjadi lebih besar lagi.
Adanya tambahan Pasar Modal ini, apakah sudah cukup?
Bagi kaum Kapitalis tentu tidak ada kata cukup. Mereka ingin terus membesar.
Dengan cara apa lagi?
Cara selanjutnya yaitu dengan “memakan perusahaan kecil”.
Bagaimana caranya?
Menurut Teori Karl Marx, dalam pasar Persaingan Bebas, ada Hukum Akumulasi Kapital (The Law Of Capital Accumulations), yaitu perusahaan besar akan “memakan” perusahaan kecil.
Contohnya, jika di suatu wilayah banyak terdapat toko kelontong yang kecil, maka cukup dibangun sebuah mal yang besar. Dengan itu toko-toko itu akan tutup dengan sendirinya.
Dengan apa perusahaan besar melakukan ekspansinya?
Tentu dengan didukung oleh dua lembaga sebelumnya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Agar perusahaan Kapitalis dapat lebih besar lagi, mereka harus mampu memenangkan Persaingan Pasar.
Persaingan Pasar hanya dapat dimenangkan oleh mereka yang dapat menjual produk-produknya dengan harga yang paling murah.
Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan mengusai sumber-sumber bahan baku seperti: pertambangan, bahan mineral, kehutanan, minyak bumi, gas, batubara, air, dsb.
Lantas, dengan cara apa perusahaan besar dapat menguasai bahan baku tersebut?
Lagi-lagi, tentu saja dengan dukungan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika perusahaan Kapitalis ingin lebih besar lagi, maka cara berikutnya adalah dengan “mencaplok” perusahaan milik negara (BUMN).
Kita sudah memahami bahwa perusahaan negara umumnya menguasai sektor-sektor publik yang sangat strategis, seperti:
Sektor Telekomunikasi, Transportasi, Pelabuhan, Keuangan, Pendidikan, Kesehatan, Pertambangan, Kehutanan, Energi, dsb.
Bisnis di sektor yang strategis tentu merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, karena hampir tidak mungkin rugi.
Lantas bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan mendorong munculnya:
Undang-Undang Privatisasi BUMN.
Dengan adanya jaminan dari UU ini, perusahaan kapitalis dapat dengan leluasa “mencaplok” satu per satu BUMN tersebut.
Tentu tetap dengan dukungan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika dengan cara ini kaum Kapitalis sudah mulai bersinggungan dengan UU, maka sepak terjangnya tentu akan mulai banyak menemukan hambatan.
Bagaimana cara mengatasinya?
Caranya ternyata sangat mudah, yaitu dengan masuk ke sektor Kekuasaan itu sendiri.
Kaum Kapitalis harus menjadi Penguasa, sekaligus tetap sebagai Pengusaha.
Untuk menjadi Penguasa tentu membutuhkan modal yang besar, sebab biaya Kampanye itu tidak murah.
Bagi kaum Kapitalis hal itu tentu tidak menjadi masalah, sebab permodalannya tetap akan didukung oleh dua lembaga sebelumnya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika kaum Kapitalis sudah melewati cara-cara ini, maka Hegemoni (pengaruh) Ekonomi di tingkat nasional hampir sepenuhnya terwujud. Hampir tidak ada problem yang berarti untuk dapat mengalahkan kekuatan Hegemoni ini.
Namun, apakah masalah dari kaum Kapitalis sudah selesai sampai di sini?
Tentu saja belum. Ternyata Hegemoni Ekonomi di tingkat nasional saja belumlah cukup.
Mereka justru akan menghadapi problem baru.
Apa problemnya?
Problemnya adalah terjadinya ekses (kelebihan) produksi.
Bagi perusahaan besar, yang produksinya terus membesar, jika produknya hanya dipasarkan di dalam negeri saja, tentu semakin lama akan semakin kehabisan konsumen.
Lantas, ke mana mereka harus memasarkan kelebihan produksinya?
Dari sinilah akan muncul cara-cara berikutnya, yaitu dengan melakukan Hegemoni di tingkat dunia.
Caranya adalah dengan membuka pasar di negara-negara miskin dan berkembang, yang padat penduduknya.
Teknisnya adalah dengan menciptakan organisasi perdagangan dunia (WTO), yang mau tunduk pada ketentuan perjanjian perdagangan bebas dunia (GATT), sehingga semua negara anggotanya akan mau membuka pasarnya, tanpa halangan tarif bea masuk, maupun ketentuan kuota impornya (bebas proteksi).
Dengan adanya WTO dan GATT tersebut, kaum Kapitalis dunia akan dengan leluasa dapat memasarkan kelebihan produknya di negara-negara “jajahan”-nya.
Untuk mewujudkan ekspansinya ini, perusahaan kapitalis dunia tentu akan tetap didukung dengan permodalan dari dua lembaga andalannya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika Kapitalis dunia ingin lebih besar lagi, maka caranya tidak hanya cukup dengan mengekspor kelebihan produksinya.
Mereka harus membuka perusahaannya di negara-negara yang menjadi obyek ekspornya.
Yaitu dengan membuka Multi National Coorporations (MNC) atau perusahaan lintas negara, di negara-negara sasarannya.
Dengan membuka langsung perusahaan di negara tempat pemasarannya, mereka akan mampu menjual produknya dengan harga yang jauh lebih murah.
Strategi ini juga sekaligus dapat menangkal kemungkinan munculnya industri-industri lokal yang berpotensi menjadi pesaingnya.
Untuk mewujudkan ekspansinya ini, perusahaan Kapitalis dunia tentu akan tetap didukung dengan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Apakah dengan membuka MNC sudah cukup?
Jawabnya tentu saja belum.
Masih ada peluang untuk menjadi semakin besar lagi.
Caranya?
Yaitu dengan menguasai sumber-sumber bahan baku yang ada di negara tersebut.
Untuk melancarkan jalannya ini, Kapitalis dunia harus mampu mendikte lahirnya berbagai UU yang mampu menjamin agar perusahaan asing dapat menguasai sepenuhnya sumber bahan baku tersebut.
Contoh yang terjadi di Indonesia adalah lahirnya:
UU Penanaman Modal Asing (PMA), yang memberikan jaminan bagi perusahaan asing untuk menguasai lahan di Indonesia sampai 95 tahun lamanya (itu pun masih bisa diperpanjang lagi).
Contoh UU lain, yang akan menjamin kebebasan bagi perusahaan asing untuk mengeruk kekayaan SDA Indonesia adalah:
UU Minerba, UU Migas, UU Sumber Daya Air, dsb.
Menguasai SDA saja tentu belum cukup bagi kapitalis dunia. Mereka ingin lebih dari itu.
Dengan cara apa?
Yaitu dengan menjadikan harga bahan baku lokal menjadi semakin murah.
Teknisnya adalah dengan menjatuhkan nilai Kurs Mata Uang lokalnya.
Untuk mewujudkan keinginannya ini, prasyarat yang dibutuhkan adalah pemberlakuan Sistem Kurs Mengambang Bebas (Floating Rate) bagi mata uang lokal tersebut.
Jika nilai kurs mata uang lokal tidak boleh ditetapkan oleh Pemerintah, lantas lembaga apa yang akan berperan dalam penentuan nilai kurs tersebut?
Jawabannya adalah dengan Pasar Valuta Asing (valas).
Jika negara tersebut sudah membuka Pasar Valasnya, maka kapitalis dunia akan lebih leluasa untuk “mempermainkan” nilai kurs mata uang lokal, sesuai dengan kehendaknya.
Jika nilai kurs mata uang lokal sudah jatuh, maka harga bahan-bahan baku lokal dijamin akan menjadi murah, kalau dibeli dengan mata uang mereka.
Jika ingin lebih besar lagi, ternyata masih ada cara selanjutnya.
Cara selanjutnya adalah dengan menjadikan upah tenaga kerja lokal bisa menjadi semakin murah.
Bagaimana caranya?
Yaitu dengan melakukan proses Liberalisasi Pendidikan di negara tersebut.
Teknisnya adalah dengan melakukan intervesi terhadap UU Pendidikan Nasionalnya.
Jika penyelenggaraan pendidikan sudah diliberalisasi, berarti pemerintah sudah tidak bertanggung jawab untuk memberikan Subsidi bagi pendidikannya.
Hal ini tentu akan menyebabkan biaya pendidikan akan semakin mahal, khususnya untuk pendidikan di perguruan tinggi.
Akibatnya, banyak pemuda yang tidak mampu melanjutkan studinya di perguruan tinggi.
Keadaan ini akan dimanfaatkan dengan mendorong dibukanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak-banyaknya.
Dengan sekolah ini tentu diharapkan akan banyak melahirkan anak didik yang sangat terampil, penurut, sekaligus mau digaji rendah.
Hal ini tentu lebih menguntungkan, jika dibanding dengan mempekerjakan Sarjana.
Sarjana biasanya tidak terampil, terlalu banyak bicara, dan maunya digaji tinggi.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, cara-cara Hegemoni Kapitalis dunia di negara lain ternyata banyak mengunakan Intervesi UU.
Hal ini tentu tidak mudah dilakukan, kecuali harus dilengkapi dengan cara yang lain lagi.
Nah, cara inilah yang akan menjamin proses Intervensi UU akan dapat berjalan dengan mulus.
Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan menempatkan Penguasa Boneka.
Penguasa yang terpilih di negara tersebut harus mau tunduk dan patuh terhadap keinginan dari kaum Kapitalis dunia.
Bagaimana strateginya?
Strateginya adalah dengan memberikan berbagai sarana bagi mereka yang mau menjadi Boneka.
Sarana tersebut, mulai dari bantuan dana kampanye, publikasi media, manipulasi lembaga survey, hingga intervesi pada sistem perhitungan suara pada Komisi Pemilihan Umumnya.
Nah, apakah ini sudah cukup?
Tentu saja belum cukup.
Mereka tetap saja akan menghadapi problem yang baru.
Apa problemnya?
Jika Hegemoni kaum Kapitalis terhadap negara-negara tertentu sudah sukses, maka akan memunculkan problem baru.
Problemnya adalah “mati”-nya negara jajahan tersebut.
Bagi sebuah negara yang telah sukses dihegemoni, maka rakyat di negara tersebut akan semakin miskin dan melarat.
Keadaan ini tentu akan menjadi ancaman bagi kaum Kapitalis itu sendiri.
Mengapa?
Jika penduduk suatu negeri itu jatuh miskin, maka hal itu akan menjadi problem pemasaran bagi produk-produk mereka.
Siapa yang harus membeli produk mereka jika rakyatnya miskin semua?
Di sinilah diperlukan cara berikutnya.
Agar rakyat negara miskin tetap memiliki daya beli, maka kaum kapitalis dunia perlu mengembangkan Non Government Organizations (NGO) atau LSM.
Tujuan pendirian NGO ini adalah untuk melakukan Pengembangan Masyarakat (community development), yaitu pemberian pendampingan pada masyarakat agar bisa mengembangkan industri-industri level rumahan (home industry), seperti kerajinan tradisionil, maupun industri kreatif lainnya.
Masyarakat harus tetap berproduksi (walaupun skala kecil), agar tetap memiliki penghasilan.
Agar operasi NGO ini tetap eksis di tengah masyarakat, maka diperlukan dukungan dana yang tidak sedikit.
Kaum Kapitalis dunia akan senantiasa men-support sepenuhnya kegiatan NGO ini.
Jika proses pendampingan masyarakat ini berhasil, maka kaum kapitalis dunia akan memiliki tiga keuntungan sekaligus, yaitu:
(1) Masyarakat akan tetap memiliki daya beli, (2) akan memutus peran pemerintah dan yang terpenting adalah, (3) negara jajahannya tidak akan menjadi negara industri besar untuk selamanya.
Sampai di titik ini Kapitalisme dunia tentu akan mencapai tingkat kejayaan yang nyaris “sempurna”.
Apakah kaum kapitalis sudah tidak memiliki hambatan lagi?
Jawabnya ternyata masih ada.
Apa itu?
Ancaman Krisis Ekonomi.
Sejarah panjang telah membuktikan bahwa Ekonomi Kapitalisme ternyata menjadi pelanggan yang setia terhadap terjadinya Krisis ini.
Namun demikian, bukan berarti mereka tidak memiliki solusi untuk mengatasinya.
Mereka masih memiliki jurus pamungkasnya.
Apa itu?
Ternyata sangat sederhana.
Kaum kapitalis cukup “memaksa” pemerintah untuk memberikan talangan (bail-out) atau Stimulus Ekonomi.
Dananya berasal dari mana?
Tentu akan diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebagaimana kita pahami bahwa sumber pendapatan negara adalah berasal dari Pajak rakyat.
Dengan demikian, jika terjadi Krisis Ekonomi, siapa yang harus menanggung bebannya?
Jawabnya adalah:
Rakyat, melalui pembayaran pajak yang akan terus dinaikkan besarannya, maupun jenis-jenisnya.
Bagaimana hasil akhir dari semua ini?
Kaum Kapitalis akan tetap jaya, dan rakyat selamanya akan tetap menderita.
Di manapun negaranya, nasib rakyat akan tetap sama.
Itulah produk dari Hegemoni Kapitalisme Dunia.
Tulisan dari Dwi Condro Triono, Ph.D.
(Insya Allah sungguh dapat menambah ilmu dan wawasan kita)
Sistem Ekonomi Kapitalisme telah mengajarkan bahwa pertumbuhan Ekonomi hanya akan terwujud, jika semua pelaku Ekonomi terfokus pada akumulasi Kapital (modal).
Mereka lalu menciptakan sebuah mesin “penyedot uang” yang dikenal dengan lembaga Perbankan.
Oleh lembaga ini, sisa-sisa uang di sektor rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan “disedot”.
Lalu siapakah yang akan memanfaatkan uang di Bank tersebut?
Tentu mereka yang mampu memenuhi ketentuan pinjaman (kredit) dari Bank, yaitu:
Fix return dan Agunan.
Konsekuensinya, hanya pengusaha besar dan sehat sajalah yang akan mampu memenuhi ketentuan ini.
Siapakah mereka itu?
Mereka itu tidak lain adalah kaum Kapitalis, yang sudah mempunyai perusahaan yang besar, untuk menjadi lebih besar lagi.
Nah, apakah adanya lembaga Perbankan ini sudah cukup?
Bagi kaum Kapitalis tentu tidak ada kata cukup. Mereka ingin terus membesar.
Dengan cara apa?
Yaitu dengan Pasar Modal. Dengan pasar ini, para pengusaha cukup mencetak kertas-kertas Saham untuk dijual kepada masyarakat, dengan iming-iming akan diberi Deviden.
Siapakah yang memanfaatkan keberadaan Pasar Modal ini?
Dengan persyaratan untuk menjadi Emiten dan penilaian Investor yang sangat ketat, lagi-lagi hanya perusahaan besar dan sehat saja, yang akan dapat menjual sahamnya di pasar modal ini.
Siapa mereka itu?
Kaum Kapitalis juga, yang sudah mempunyai perusahaan besar, untuk menjadi lebih besar lagi.
Adanya tambahan Pasar Modal ini, apakah sudah cukup?
Bagi kaum Kapitalis tentu tidak ada kata cukup. Mereka ingin terus membesar.
Dengan cara apa lagi?
Cara selanjutnya yaitu dengan “memakan perusahaan kecil”.
Bagaimana caranya?
Menurut Teori Karl Marx, dalam pasar Persaingan Bebas, ada Hukum Akumulasi Kapital (The Law Of Capital Accumulations), yaitu perusahaan besar akan “memakan” perusahaan kecil.
Contohnya, jika di suatu wilayah banyak terdapat toko kelontong yang kecil, maka cukup dibangun sebuah mal yang besar. Dengan itu toko-toko itu akan tutup dengan sendirinya.
Dengan apa perusahaan besar melakukan ekspansinya?
Tentu dengan didukung oleh dua lembaga sebelumnya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Agar perusahaan Kapitalis dapat lebih besar lagi, mereka harus mampu memenangkan Persaingan Pasar.
Persaingan Pasar hanya dapat dimenangkan oleh mereka yang dapat menjual produk-produknya dengan harga yang paling murah.
Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan mengusai sumber-sumber bahan baku seperti: pertambangan, bahan mineral, kehutanan, minyak bumi, gas, batubara, air, dsb.
Lantas, dengan cara apa perusahaan besar dapat menguasai bahan baku tersebut?
Lagi-lagi, tentu saja dengan dukungan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika perusahaan Kapitalis ingin lebih besar lagi, maka cara berikutnya adalah dengan “mencaplok” perusahaan milik negara (BUMN).
Kita sudah memahami bahwa perusahaan negara umumnya menguasai sektor-sektor publik yang sangat strategis, seperti:
Sektor Telekomunikasi, Transportasi, Pelabuhan, Keuangan, Pendidikan, Kesehatan, Pertambangan, Kehutanan, Energi, dsb.
Bisnis di sektor yang strategis tentu merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, karena hampir tidak mungkin rugi.
Lantas bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan mendorong munculnya:
Undang-Undang Privatisasi BUMN.
Dengan adanya jaminan dari UU ini, perusahaan kapitalis dapat dengan leluasa “mencaplok” satu per satu BUMN tersebut.
Tentu tetap dengan dukungan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika dengan cara ini kaum Kapitalis sudah mulai bersinggungan dengan UU, maka sepak terjangnya tentu akan mulai banyak menemukan hambatan.
Bagaimana cara mengatasinya?
Caranya ternyata sangat mudah, yaitu dengan masuk ke sektor Kekuasaan itu sendiri.
Kaum Kapitalis harus menjadi Penguasa, sekaligus tetap sebagai Pengusaha.
Untuk menjadi Penguasa tentu membutuhkan modal yang besar, sebab biaya Kampanye itu tidak murah.
Bagi kaum Kapitalis hal itu tentu tidak menjadi masalah, sebab permodalannya tetap akan didukung oleh dua lembaga sebelumnya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika kaum Kapitalis sudah melewati cara-cara ini, maka Hegemoni (pengaruh) Ekonomi di tingkat nasional hampir sepenuhnya terwujud. Hampir tidak ada problem yang berarti untuk dapat mengalahkan kekuatan Hegemoni ini.
Namun, apakah masalah dari kaum Kapitalis sudah selesai sampai di sini?
Tentu saja belum. Ternyata Hegemoni Ekonomi di tingkat nasional saja belumlah cukup.
Mereka justru akan menghadapi problem baru.
Apa problemnya?
Problemnya adalah terjadinya ekses (kelebihan) produksi.
Bagi perusahaan besar, yang produksinya terus membesar, jika produknya hanya dipasarkan di dalam negeri saja, tentu semakin lama akan semakin kehabisan konsumen.
Lantas, ke mana mereka harus memasarkan kelebihan produksinya?
Dari sinilah akan muncul cara-cara berikutnya, yaitu dengan melakukan Hegemoni di tingkat dunia.
Caranya adalah dengan membuka pasar di negara-negara miskin dan berkembang, yang padat penduduknya.
Teknisnya adalah dengan menciptakan organisasi perdagangan dunia (WTO), yang mau tunduk pada ketentuan perjanjian perdagangan bebas dunia (GATT), sehingga semua negara anggotanya akan mau membuka pasarnya, tanpa halangan tarif bea masuk, maupun ketentuan kuota impornya (bebas proteksi).
Dengan adanya WTO dan GATT tersebut, kaum Kapitalis dunia akan dengan leluasa dapat memasarkan kelebihan produknya di negara-negara “jajahan”-nya.
Untuk mewujudkan ekspansinya ini, perusahaan kapitalis dunia tentu akan tetap didukung dengan permodalan dari dua lembaga andalannya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Jika Kapitalis dunia ingin lebih besar lagi, maka caranya tidak hanya cukup dengan mengekspor kelebihan produksinya.
Mereka harus membuka perusahaannya di negara-negara yang menjadi obyek ekspornya.
Yaitu dengan membuka Multi National Coorporations (MNC) atau perusahaan lintas negara, di negara-negara sasarannya.
Dengan membuka langsung perusahaan di negara tempat pemasarannya, mereka akan mampu menjual produknya dengan harga yang jauh lebih murah.
Strategi ini juga sekaligus dapat menangkal kemungkinan munculnya industri-industri lokal yang berpotensi menjadi pesaingnya.
Untuk mewujudkan ekspansinya ini, perusahaan Kapitalis dunia tentu akan tetap didukung dengan permodalan dari dua lembaganya, yaitu Perbankan dan Pasar Modal.
Apakah dengan membuka MNC sudah cukup?
Jawabnya tentu saja belum.
Masih ada peluang untuk menjadi semakin besar lagi.
Caranya?
Yaitu dengan menguasai sumber-sumber bahan baku yang ada di negara tersebut.
Untuk melancarkan jalannya ini, Kapitalis dunia harus mampu mendikte lahirnya berbagai UU yang mampu menjamin agar perusahaan asing dapat menguasai sepenuhnya sumber bahan baku tersebut.
Contoh yang terjadi di Indonesia adalah lahirnya:
UU Penanaman Modal Asing (PMA), yang memberikan jaminan bagi perusahaan asing untuk menguasai lahan di Indonesia sampai 95 tahun lamanya (itu pun masih bisa diperpanjang lagi).
Contoh UU lain, yang akan menjamin kebebasan bagi perusahaan asing untuk mengeruk kekayaan SDA Indonesia adalah:
UU Minerba, UU Migas, UU Sumber Daya Air, dsb.
Menguasai SDA saja tentu belum cukup bagi kapitalis dunia. Mereka ingin lebih dari itu.
Dengan cara apa?
Yaitu dengan menjadikan harga bahan baku lokal menjadi semakin murah.
Teknisnya adalah dengan menjatuhkan nilai Kurs Mata Uang lokalnya.
Untuk mewujudkan keinginannya ini, prasyarat yang dibutuhkan adalah pemberlakuan Sistem Kurs Mengambang Bebas (Floating Rate) bagi mata uang lokal tersebut.
Jika nilai kurs mata uang lokal tidak boleh ditetapkan oleh Pemerintah, lantas lembaga apa yang akan berperan dalam penentuan nilai kurs tersebut?
Jawabannya adalah dengan Pasar Valuta Asing (valas).
Jika negara tersebut sudah membuka Pasar Valasnya, maka kapitalis dunia akan lebih leluasa untuk “mempermainkan” nilai kurs mata uang lokal, sesuai dengan kehendaknya.
Jika nilai kurs mata uang lokal sudah jatuh, maka harga bahan-bahan baku lokal dijamin akan menjadi murah, kalau dibeli dengan mata uang mereka.
Jika ingin lebih besar lagi, ternyata masih ada cara selanjutnya.
Cara selanjutnya adalah dengan menjadikan upah tenaga kerja lokal bisa menjadi semakin murah.
Bagaimana caranya?
Yaitu dengan melakukan proses Liberalisasi Pendidikan di negara tersebut.
Teknisnya adalah dengan melakukan intervesi terhadap UU Pendidikan Nasionalnya.
Jika penyelenggaraan pendidikan sudah diliberalisasi, berarti pemerintah sudah tidak bertanggung jawab untuk memberikan Subsidi bagi pendidikannya.
Hal ini tentu akan menyebabkan biaya pendidikan akan semakin mahal, khususnya untuk pendidikan di perguruan tinggi.
Akibatnya, banyak pemuda yang tidak mampu melanjutkan studinya di perguruan tinggi.
Keadaan ini akan dimanfaatkan dengan mendorong dibukanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak-banyaknya.
Dengan sekolah ini tentu diharapkan akan banyak melahirkan anak didik yang sangat terampil, penurut, sekaligus mau digaji rendah.
Hal ini tentu lebih menguntungkan, jika dibanding dengan mempekerjakan Sarjana.
Sarjana biasanya tidak terampil, terlalu banyak bicara, dan maunya digaji tinggi.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, cara-cara Hegemoni Kapitalis dunia di negara lain ternyata banyak mengunakan Intervesi UU.
Hal ini tentu tidak mudah dilakukan, kecuali harus dilengkapi dengan cara yang lain lagi.
Nah, cara inilah yang akan menjamin proses Intervensi UU akan dapat berjalan dengan mulus.
Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan menempatkan Penguasa Boneka.
Penguasa yang terpilih di negara tersebut harus mau tunduk dan patuh terhadap keinginan dari kaum Kapitalis dunia.
Bagaimana strateginya?
Strateginya adalah dengan memberikan berbagai sarana bagi mereka yang mau menjadi Boneka.
Sarana tersebut, mulai dari bantuan dana kampanye, publikasi media, manipulasi lembaga survey, hingga intervesi pada sistem perhitungan suara pada Komisi Pemilihan Umumnya.
Nah, apakah ini sudah cukup?
Tentu saja belum cukup.
Mereka tetap saja akan menghadapi problem yang baru.
Apa problemnya?
Jika Hegemoni kaum Kapitalis terhadap negara-negara tertentu sudah sukses, maka akan memunculkan problem baru.
Problemnya adalah “mati”-nya negara jajahan tersebut.
Bagi sebuah negara yang telah sukses dihegemoni, maka rakyat di negara tersebut akan semakin miskin dan melarat.
Keadaan ini tentu akan menjadi ancaman bagi kaum Kapitalis itu sendiri.
Mengapa?
Jika penduduk suatu negeri itu jatuh miskin, maka hal itu akan menjadi problem pemasaran bagi produk-produk mereka.
Siapa yang harus membeli produk mereka jika rakyatnya miskin semua?
Di sinilah diperlukan cara berikutnya.
Agar rakyat negara miskin tetap memiliki daya beli, maka kaum kapitalis dunia perlu mengembangkan Non Government Organizations (NGO) atau LSM.
Tujuan pendirian NGO ini adalah untuk melakukan Pengembangan Masyarakat (community development), yaitu pemberian pendampingan pada masyarakat agar bisa mengembangkan industri-industri level rumahan (home industry), seperti kerajinan tradisionil, maupun industri kreatif lainnya.
Masyarakat harus tetap berproduksi (walaupun skala kecil), agar tetap memiliki penghasilan.
Agar operasi NGO ini tetap eksis di tengah masyarakat, maka diperlukan dukungan dana yang tidak sedikit.
Kaum Kapitalis dunia akan senantiasa men-support sepenuhnya kegiatan NGO ini.
Jika proses pendampingan masyarakat ini berhasil, maka kaum kapitalis dunia akan memiliki tiga keuntungan sekaligus, yaitu:
(1) Masyarakat akan tetap memiliki daya beli, (2) akan memutus peran pemerintah dan yang terpenting adalah, (3) negara jajahannya tidak akan menjadi negara industri besar untuk selamanya.
Sampai di titik ini Kapitalisme dunia tentu akan mencapai tingkat kejayaan yang nyaris “sempurna”.
Apakah kaum kapitalis sudah tidak memiliki hambatan lagi?
Jawabnya ternyata masih ada.
Apa itu?
Ancaman Krisis Ekonomi.
Sejarah panjang telah membuktikan bahwa Ekonomi Kapitalisme ternyata menjadi pelanggan yang setia terhadap terjadinya Krisis ini.
Namun demikian, bukan berarti mereka tidak memiliki solusi untuk mengatasinya.
Mereka masih memiliki jurus pamungkasnya.
Apa itu?
Ternyata sangat sederhana.
Kaum kapitalis cukup “memaksa” pemerintah untuk memberikan talangan (bail-out) atau Stimulus Ekonomi.
Dananya berasal dari mana?
Tentu akan diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebagaimana kita pahami bahwa sumber pendapatan negara adalah berasal dari Pajak rakyat.
Dengan demikian, jika terjadi Krisis Ekonomi, siapa yang harus menanggung bebannya?
Jawabnya adalah:
Rakyat, melalui pembayaran pajak yang akan terus dinaikkan besarannya, maupun jenis-jenisnya.
Bagaimana hasil akhir dari semua ini?
Kaum Kapitalis akan tetap jaya, dan rakyat selamanya akan tetap menderita.
Di manapun negaranya, nasib rakyat akan tetap sama.
Itulah produk dari Hegemoni Kapitalisme Dunia.
Jumat, 27 Oktober 2017
Minggu, 15 Oktober 2017
the Power of Rp.1000,-
the Power of Rp.1000
Siapa bilang untuk jadi investor harus kaya dulu ... !!!
Warung tabungan komunitas PETA memberi kesempatan kepada para pemulung
Tukang becak
Tukang sayur
Tukang parkir
Tukang sapu jalanan
Tukang cukur
Buruh tani
Buruh pabrik
Kuli bangunan
dan seluruh rakyat jelata
untuk bisa menjadi investor. ... Hanya dengan menabung Rp.1000,- dan belanja di warung komunitas yg ada di desa masing masing, mereka sudah jadi investor. Dan setiap hari bisa ikut mengawasi uangnya digunakan untuk usaha apa dan berapa hasilnya. Karna sistem ekonomi PETA akan membagikan SHU setiap hari.dan uangnya juga bisa diambil setiap saat. Kalau menabung di tempat lain pasti kena biaya admin dll... kalo di komunitas PETA tanpa ada potongan sama sekali.
Jadilah orang cerdas agar tak jadi budak kapitalis rakus di negeri sendiri .... !!!
*PEMBELA TANAH AIR INDONESIA*
PETA Sebuah Komunitas Yaitu Suatu Gerakan Menyadarkan Masyarakat Dari Kenyataan, Bahwa Sistem KAPITALIS sudah sangat Menjerat Masyarakat & Bangsa INDONESIA,
Karena itulah PETA Hadir Dalam Sebuah SISTEM yg Memperbaiki Ekonomi Rakyat Dengan Tahapan2 Sehingga Mampu Menjadi Daya Saing Bagi Kaum Kapitalis sekaligus Bertujuan Melepas Masyarakat & Bangsa ini Dari Jerat Kapitalis Rakus....!!
Yaitu Dengan Cara Bersatu Membentuk sebuah Usaha Gotong Royong Berdasar SISTEM Dari kita Oleh Kita & Untuk Kita...!!
*KELOLA KEKAYAAN ALAM BANGSA SENDIRI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT.*
*SALAM SATU KOMANDO*
*MAYOR (PURN) TNIAD M. SALEH*
*MAYOR (PURN) TNIAD M. SALEH*


🛡
🤝
🌏
🇮🇩
🤝🛡




Langganan:
Postingan (Atom)